Jakarta — China menunjukkan keseriusannya dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Presiden Xi Jinping menegaskan bahwa negaranya akan mengerahkan segala sumber daya untuk mempercepat kemajuan di bidang teori dan teknologi inti AI.
Xi menekankan pentingnya mengatasi hambatan seperti produksi chip berteknologi tinggi, demi mendukung ambisi China menyalip Amerika Serikat sebagai pemimpin global dalam sektor AI, yang dianggap krusial bagi kemajuan nasional.
Dilansir dari SCMP dan dikutip detikINET, Xi mengakui bahwa meski ada sejumlah kemajuan, China masih menghadapi banyak tantangan untuk mencapai kemandirian di bidang AI.
“Kita perlu menyadari kesenjangan teknologi dan menggandakan upaya inovasi, pengembangan industri, serta penyusunan sistem regulasi di sektor AI,” tegas Xi.
Xi juga menyerukan pentingnya memperkuat riset di bidang chip dan software kelas atas agar China mampu membangun ekosistem perangkat lunak dan keras AI yang mandiri, terkendali, dan terintegrasi.
Ia menambahkan bahwa AI harus menjadi motor perubahan paradigma dalam riset ilmiah, mempercepat terobosan inovasi teknologi di berbagai sektor.
Dalam kerangka itu, Xi memperkenalkan konsep “sistem nasional baru” yang mengoordinasikan seluruh sumber daya nasional untuk mencapai tujuan strategis, mencakup kebijakan terkait hak kekayaan intelektual, fiskal, perpajakan, hingga pengadaan.
Xi juga menyoroti perlunya memperkuat pendidikan dan riset AI di semua jenjang pendidikan, serta membangun ekosistem untuk mendukung karier di bidang AI guna melahirkan talenta unggulan.
Meski berambisi besar, Xi memperingatkan risiko besar yang datang bersama perkembangan AI. Ia mendesak penyusunan regulasi, standar aplikasi, dan kode etik yang relevan, sekaligus membangun sistem pemantauan dan mitigasi risiko untuk memastikan AI yang aman, andal, dan terkendali.
Selain itu, China juga berkomitmen bekerja sama dengan negara lain untuk memperkuat kapasitas global dalam teknologi AI dan mengurangi kesenjangan internasional.
Sejak peluncuran ChatGPT pada November 2022, persaingan antara AS dan China dalam bidang AI semakin ketat. Meski sempat tertahan oleh pembatasan ekspor chip dari AS, dalam setahun terakhir China berhasil memperkecil jarak dengan pesaingnya.
Salah satu buktinya adalah keberhasilan startup DeepSeek yang pada Januari lalu meluncurkan chatbot R1 dengan performa setara teknologi AS, namun dengan biaya produksi jauh lebih rendah.
Dalam konteks yang lebih luas, kedua negara raksasa ini juga terus berseteru dalam perang dagang, yang dipicu oleh tarif tinggi atas barang-barang China yang diberlakukan semasa kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.