Ekonomi BisnisInternasional

Trump Tunda Tarif Resiprokal AS, Saatnya Indonesia Perkuat Posisi di Pasar Global

34
×

Trump Tunda Tarif Resiprokal AS, Saatnya Indonesia Perkuat Posisi di Pasar Global

Sebarkan artikel ini
Foto udara suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (8/4/2025). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah bongkar barang komoditas nonmigas dalam satuan ton di lima pelabuhan besar wilayah Jateng untuk perdagangan dalam negeri per Februari 2025 tercatat sebesar 1.617.383 ton atau naik 11,43 persen dibanding Januari 2025 yang hanya sebesar 1.451.435 ton, sedangkan muat barang komoditas nonmigas dalam satuan ton tercatat 2.166 ton atau naik 6,23 persen dibanding bulan sebelumnya sebesar 2.039 ton. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/Spt.

Jakarta – Penundaan kebijakan tarif oleh mantan Presiden AS Donald Trump selama 90 hari kecuali terhadap Tiongkok disambut positif oleh pelaku ekonomi Indonesia.

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menyebut langkah itu sebagai “nafas lega” yang harus dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam peta perdagangan global.

“Ini momentum penting untuk konsolidasi kebijakan dagang, khususnya dengan Amerika Serikat,” ujar Fakhrul, dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Kamis (10/4/2025).

Menurutnya, perang dagang membuka peluang re-shoring dari negara-negara seperti Vietnam, Bangladesh, Tiongkok, dan Thailand—yang diperkirakan akan lebih terdampak daripada Indonesia. Peluang ini bisa dimaksimalkan dengan memperkuat industri berorientasi ekspor seperti tekstil dan garmen, sepatu, serta furniture, yang dinilai punya prospek cerah ke depan.

Namun, untuk bisa bersaing, Indonesia perlu mempercepat deregulasi, khususnya dalam hal perizinan usaha dan kemudahan ekspor. “Kebijakan yang memudahkan pelaku usaha sangat krusial saat ini,” tegas Fakhrul.

Selain itu, dari sisi neraca dagang dengan AS, Indonesia punya peluang untuk meningkatkan impor strategis dari sektor perminyakan, bahan kimia, hingga bahan pangan. Hal ini bisa menjadi poin penting dalam negosiasi dagang ke depan.

Fakhrul juga menyoroti pentingnya perubahan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). “Banyak investor dari AS yang berminat masuk, tapi tersendat karena aturan TKDN yang terlalu ketat,” jelasnya.

Melihat ke depan, Fakhrul mengingatkan bahwa volatilitas ekonomi adalah hal yang umum terjadi, apalagi menjelang 2025 yang diprediksi penuh tantangan. Perlambatan ekonomi global tak terelakkan, termasuk di Indonesia. Karena itu, memperkuat sirkulasi ekonomi domestik menjadi kunci dalam menjaga pertumbuhan.

“Kita harus mulai memperkuat fondasi ekonomi dalam negeri agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal,” tutup Fakhrul.

Baca Juga :  Indonesia Tegaskan Komitmen Perdagangan Adil di Hadapan Secretary Lutnick

 

Sumber