Ekonomi Bisnis

Produksi Padi Jombang Naik 125 Ribu Ton, Pemkab Beberkan Strateginya

×

Produksi Padi Jombang Naik 125 Ribu Ton, Pemkab Beberkan Strateginya

Sebarkan artikel ini

Jombang — Produksi padi Kabupaten Jombang pada 2025 melonjak signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Selain bertambahnya luas tanam, kondisi iklim yang mendukung mendorong petani beralih dari komoditas nonpadi ke padi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jombang, luas panen padi pada 2025 diperkirakan mencapai 71.545 hektare. Angka tersebut meningkat 16.176 hektare atau 29,21 persen dibandingkan luas panen 2024 yang tercatat 55.369 hektare.

Seiring peningkatan luas panen, produksi padi juga mengalami lonjakan. Produksi Gabah Kering Panen (GKP) sepanjang 2025 diperkirakan mencapai 537.103 ton, naik 125.553 ton atau 30,51 persen dibandingkan 2024 yang sebesar 411.550 ton.

Kenaikan serupa terjadi pada produksi Gabah Kering Giling (GKG) yang diperkirakan mencapai 446.715 ton, meningkat 104.424 ton atau 30,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 342.291 ton. Dampaknya, produksi beras untuk konsumsi penduduk pada 2025 diproyeksikan mencapai 257.942 ton, naik 60.296 ton atau 30,51 persen dibandingkan 2024 yang berada di kisaran 197.646 ton.

Kepala Dinas Pertanian Jombang, M. Rony, membenarkan capaian tersebut berdasarkan hasil perhitungan tim di lapangan. Ia menyebutkan produktivitas padi pada 2025 mencapai rata-rata 7,5 ton GKP per hektare dan 6,24 ton GKG per hektare.

Menurut Rony, salah satu faktor utama peningkatan produksi adalah kondisi iklim. Sepanjang 2025, Jombang mengalami kemarau basah dengan curah hujan yang relatif stabil dan merata, sehingga sangat mendukung pertumbuhan padi sekaligus mempercepat jadwal tanam. “Musim tanam maju dibandingkan tahun sebelumnya. Petani bisa lebih cepat menanam padi,” ujarnya.

Selain itu, terjadi pergeseran pola tanam di kalangan petani. Sejumlah lahan yang sebelumnya ditanami jagung, semangka, hingga tanaman garnis, kini beralih ke padi karena kondisi lahan dan cuaca dinilai lebih sesuai. “Dengan iklim basah, petani cenderung memilih padi karena risikonya lebih kecil,” imbuhnya.

Dukungan infrastruktur pertanian turut berkontribusi, terutama melalui program irigasi perpompaan yang membantu mengatasi keterbatasan air. Lahan yang sebelumnya hanya dapat ditanami padi sekali setahun kini mampu ditanami dua kali bahkan lebih.

Tak kalah penting, program optimasi lahan (OPLAH) yang menyasar area seluas 3.311 hektare di Jombang juga mendorong peningkatan indeks pertanaman. “Seluruh lokasi program mengalami peningkatan indeks pertanaman, sehingga produktivitas lahan semakin optimal,” pungkas Rony.