Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Republik Indonesia Nezar Patria membahas kerangka tata kelola kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang inklusif, etis, dan berpihak pada Masyarakat dengan Direktur Riset Etika dan Inovasi Bertanggung Jawab dari The Alan Turing Institute, Inggris, Prof. David Leslie di sela-sela UNESCO Global Forum on the Ethics of AI 2025 yang berlangsung di Bangkok, Thailand.
Nezar mengungkapkan bahwa Indonesia telah menyelesaikan UNESCO AI Readiness Assessment dan tengah mempersiapkan peta jalan AI atau AI Roadmap Nasional.
“Kami menyadari pentingnya membangun kerangka tata kelola AI yang tidak hanya berbasis risiko, tetapi juga berbasis hak, inklusi, dan nilai-nilai lokal,” ujar Wamenkomdigi dalam keterangannya terkait pertemuan tersebut dari Bangkok, Thailand pada Kamis (26/6/2025).
Menurut Nezar, salah satu tantangan terbesar mempersiapkan Roadmap AI adalah bagaimana mengintegrasikan prinsip-prinsip etika dan kepercayaan publik dalam sistem AI yang berkembang sangat cepat, termasuk kemunculan sistem Agentive AI, yaitu sistem AI yang mampu bertindak secara otonom atas nama pengguna.
Sementara itu, Prof. David Leslie menekankan pentingnya menggabungkan pendekatan bifokal dalam tata kelola AI, yakni:
- EX-Ante governance: dengan penilaian risiko dan dampak sosial sebelum sistem diluncurkan.
- Ex-Post governance: dengan audit dan mekanisme remediasi setelah sistem berjalan.
Ia juga menyoroti perlunya kerangka regulasi yang menyeimbangkan hard law dan soft law, serta membangun budaya desain dan inovasi yang bertanggung jawab melalui norma profesional dan praktik baik.
“Kami percaya bahwa regulasi AI yang efektif bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal membangun norma budaya dan kapasitas institusional. Di Inggris, misalnya, telah membangun praktik soft law selama satu dekade terakhir,” tuturnya.
Menjelang akhir pertemuan, Indonesia dan The Alan Turing Institute sepakat untuk mengeksplorasi kolaborasi dalam pertukaran pengetahuan dan praktik baik etika AI, riset bersama untuk sistem AI yang inklusif dan tanggap konteks Global South, kegiatan pelibatan publik seperti citizen assemblies dan co-design labs, serta penilaian dampak berbasis hak asasi dan keadilan sosial.
Nezar juga mengundang Prof. Leslie untuk berkunjung ke Indonesia dalam rangka workshop bersama pembuat kebijakan guna memperkuat arsitektur tata kelola AI nasional yang disambut antusias.
Pertemuan ini memperkuat komitmen Indonesia dalam membangun ekosistem AI yang bertanggung jawab, adil, dan berkelanjutan, serta membuka peluang sinergi antarnegara ASEAN dalam menciptakan pendekatan regional terhadap tata kelola AI berbasis nilai-nilai Asia.